Baca Buku Sambil Beternak Sapi

Fajar mulai menyingsing, jeritan ayam jantan membelah dinginnya pagi dan sang suryapun mulai menampakkan kepalanya memberi hangat penghuni semesta. Terbangun seorang anak petani mengawali hari dengan mengembala sapinya, walau mata masih enggan terbangun tapi raga tetap berjalan. Dibawalah ternaknya menuju padang rumput nan hijau yang masih terselimuti oleh embun pagi.

Namun ada yang berbeda terhadap pengembala ini. Ia mengembala hewan ternaknya sambil membawa anak-anak kecil di kampungnya untuk belajar bersama. Sebuah konsep, inovasi , bahkan gebrakan yang amat besar pengaruhnya. Pemuda tersebut bernama Akbar G, lebih akrab dipanggil Emil seorang pemuda tani biasa, dilahirkan dari keluarga miskin . Namun, keterbatasan ekonomi tidak membuatnya untuk memberikan ide, gagasan lalu berkerja nyata untuk desa tercinta.

"Kegiatan seperti itu, dalam menjalani kehidupan di dunia ini, ada rasa bahagia dan keasyikan tersendiri. Kita bisa melihat awan yang menggantung di langit, kita mampu mendengar gemercik air sungai, kita dapat merasakan angin yang berhembus pelan,lalu menggoyangkan dahan pohon dan masih banyak lainnya. Anak-anak juga bebas berekspresi dan berkreasi dengan apa yang disediakan oleh alam. Mereka bisa membuat daftar tanaman liar yang ada disekitarnya, mereka juga mampu  mengenali berbagai jenis tumbuhan lalu mengelompokkannya sesuai dengan manfaat tumbuhan itu" ungkap Akbar.

Selanjutnya dia juga mengungkapkan bahwa mantan presiden Indonesia yakni Bapak Soeharto juga merupakan  seorang pengembala. Tapi, yang beliau dulu gembalakan adalah kambing. Sambil mengawasi gembalanya, beliau juga membawa buku ditangan kiri, dan tangan kanan memegang pecut. Oleh sebab itu, maka sedari dini anak-anak harus dekat dengan alam. Kenapa seperti itu? tiada lagi dan tiada bukan agar mereka tidak menjadi anak digital yang sombong.